Rss Feed Facebook Twitter Google Plus

post:


Jumat, 18 Oktober 2013

hj


Read more

Senin, 14 Oktober 2013

Nabi Ismail dikurbankan


Beberapa waktu kemudian Nabi Ibrahim pergi ke
Makkah untuk mengunjungi putranya yaitu Nabi
Ismail as di tempat yang dianggapnya masih asing,
untuk menghilangkan rasa rindu pada putranya yang
sangat disayanginya, dan juga untuk menenangkan
hatinya yang selalu risau jika mengingat keadaan
puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di
tempat yang tandus. Jauh dari masyarakat kota dan
pergaulan umum.
Ketika Nabi Ismail as mencapai usia remaja, Nabi
ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus
menyembelih puteranya, yaitu Nabi Ismail. Dan
mimpi seorang Nabi merupakan salah satu dari cara
Allah menurunkan wahyu  kepada Nabi, jadi
perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus
dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim as. Mengetahui
perintah itu, ibrahim duduk dan termenung
memikirkan ujian dari Allah yang begitu berat
tersebut. Sebagai seorang ayah yang baru saja
dikarunia seorang putera setelah puluhan tahun
diharapkan dan didambakan, serta saat ini ia
sedang penuh kebahagiaan bersama puteranya yang
diharapkan bisa menjadi pewaris dan menyambung
kelangsungan keturunannya, tiba tiba harus dijadikan
qurban dan harus direnggut oleh tangan ayahnya
sendiri.
Tapi karena ia merupakan
seorang Nabi, yang menjadi pesuruh Allah dan
pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh
dan teladan bagi para pengikutnya dalam beribadah
kepada Allah, menjalankan segala pernitah-Nya dan
menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya
kepada anak, istri, harta dan benda lain-lain. Tentu ia
harus melaksanakan perintah dari Allah yang
diwahyukan melalui mimpinya, apapun yang akan
terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi
Ibrahim as, namun sesuai dengan firman Allah yang
bermaksud : “Allah lebih mengetahui dimana dan
kepada siap Dia mengamanatkan risalah-Nya”. Lalu
Nabi ibrahim as tidak membuang waktu lagi, berniat
tetap akan menyembelih Nabi Ismail as puteranya
sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang
telah diterimanya. Dan berangkatlah Nabi Ibrahim as
menuju ke Makkah untuk menemui dan
menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah
perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sangat
taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya,
ketika Nabi Ismail as mulai besar Nabi ibrahim as
berkata : “Hai anakku! Aku telah bermimpi, di dalam
tidur seolah-olah saya menyembelih kamu, maka
bagaimanakah pendapatmu?”
Tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang Nabi Ismail
pun menjawab perkataaan ayahnya :
“Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah
diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan
menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar
dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta
dalam melaksanakan perintah Allah itu agar ayah
mengikatku kuat kuat supaya aku tidak banyak
bergerak sehingga menyusahkan Ayah, kedua agar
menanggalkan pakaianku supaya tidak terkan darah
yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku
ketika ibuku melihatnya, ketiga tajamkanlah
pedangmu dan percepatlah pelaksanaan
penyembelihan agar meringankan penderitaaan dan
rasa pedihku, keempat dan yang terakhir
sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah
kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya
dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-
kenangan baginya dari putera tunggalnya”
Kemudian dipeluknya Nabi Ismail as dan dicium
pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata :
“Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang
taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang ikhlas
hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan
perintah Allah”

Read more

Kisah Seorang Putri Sholihah yang Menakjubkan

Kisah seorang wanita yang bernama 'Abiir yang sedang dilanda penyakit kanker. Ia mengirimkan sebuah surat berisi kisahnya ke acara keluarga mingguan "Buyuut Muthma'innah" (rumah idaman) di Radio Qur'an Arab Saudi, lalu menuturkan kisahnya yang membuat para pendengar tidak kuasa menahan air mata mereka.
Kisah yang sangat menyedihkan ini dibacakan disalah satu hari dari sepuluh terakhir di bulan
Ramadhan lalu (tahun 2011). Berikut ini kisahnya sebagaimana dituturkan kembali oleh sang pembawa acara DR Adil Alu Abdul Jabbaar- : Ia adalah seorang wanita yang sangat cantik jelita dan mengagumkan, bahkan mungkin tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kecantikannya merupakan tanda kebesaran Allah. Setiap lelaki yang disekitarnya berangan-angan untuk memperistrikannya atau menjadikannya sebagai menantu putra-putranya. Hal ini jelas dari pembicaraan 'Abiir tatkala bercerita tentang dirinya dalam acara Radio Qur'an Saudi "Buyuut Muthma'innah". Ia bertutur tentang dirinya:
"Umurku sekarang 28 tahun, seorang wanita yang cantik dan kaya raya, ibu seorang putri yang berumur 9 tahun yang bernama Mayaa'. Kalian telah berbincang-bincang tentang penyakit kanker, maka izinkanlah aku untuk menceritakan kepada kalian tentang kisahku yang menyedihkan….dan bagaimana kondisiku dalam menghadapi pedihnya kankerku dan sakitnya yang berkepanjangan, dan perjuangan keras dalam menghadapinya. Bahkan sampai-sampai aku menangis akibat keluhan rasa sakit dan kepayahan yang aku rasakan. Aku tidak akan lupa saat-saat dimana aku harus menggunakan obat-obat kimia, terutama tatkala pertama kali aku mengkonsumsinya karena kawatir dengan efek/dampak buruk yang timbul…akan tetapi aku sabar menghadapinya..meskipun hatiku teriris-iris
karena gelisah dan rasa takut. Setelah beberapa
lama mengkonsumsi obat-obatan kimia tersebut
mulailah rambutku berguguran…rambut yang
sangat indah yang dikenal oleh orang yang dekat
maupun yang jauh dariku. Sungguh…rambutku
yang indah tersebut merupakan mahkota yang
selalu aku kenakan di atas kepalaku. Akan tetapi
penyakit kankerlah yang menggugurkan
mahkotaku…helai demi helai berguguran di depan
kedua mataku.
Pada suatu malam datanglah Mayaa' putriku lalu
duduk di sampingku. Ia membawa sedikit
manisan (kue). Kamipun mulai menyaksikan
sebuah acara di salah satu stasiun televisi, lalu
iapun mematikan televisi, lalu memandang
kepadaku dan berkata, "Mama…engkau dalam
keadaan baik..??". Aku menjawab, "Iya". Lalu
putriku memegang uraian rambutku…ternyata
uraian rambut itupun berguguran di tangan
putriku. Iapun mengelus-negelus rambutku
ternyata berguguran beberapa helai rambutku di
hadapannya. Lalu aku berkata kepada putriku,
"Bagaimana menurutmu dengan kondisiku ini
wahai Mayaa'..?", iapun menangis. Lalu iapun
mengusap air matanya dengan kedua tangannya,
seraya berkata, "Waha mama…rambutmu yang
gugur ini adalah amalan-amalan kebaikan", lalu
iapun mulai mengumpulkan rambut-rambutku
yang berguguran tadi dan meletakkannya di
secarik tisu. Akupun menangis melihatnya hingga
teriris-iris hatiku karena tangisanku, lalu aku
memeluknya di dadaku, dan aku berdoa kepada
Allah agar menyembuhkan aku dan
memanjangkan umurku demi Mayaa' putriku ini,
dan agar aku tidak meninggal karena penyakitku
ini, dan agar Allah menyabarkan aku menahan
pedihnya penyakitku ini….
Keeseokan harinya akupun meminta kepada
suamiku alat cukur, lalu akupun mencukur
seluruh rambutku di kamar mandi tanpa diketahui
oleh seorangpun, agar aku tidak lagi sedih melihat
rambutku yang selalu berguguran… di ruang
tamu…, di dapur…di tempat duduk…di tempat
tidur…di mobil…tidak ada tempat yang selamat
dari bergugurnya rambutku.
Setelah itu akupun selalu memakai penutup
kepala di rumah, akan tetapi Mayaa putriku
mengeluhkan akan hal itu lalu melepaskan
penutup kepalaku. Iapun terperanjak melihat
rambutku yang tercukur habis. Ia berkata,
"Mama..kenapa engkau melakukan ini ?!, apakah
engkau lupa bahwa aku telah berdoa kepada
Allah agar menyembuhkanmu, dan agar
rambutmu tidak berguguran lagi?!. Tidakkah
engkau tahu bahwasanya Allah akan
mengabulkan doaku…Allah akan menjawab
permintaanku…!!, Allah tidak menolak
permintaanku…!!. Aku telah berdoa untukmu
mama dalam sujudku agar Allah mengembalikan
rambutmu lebih indah lagi dari sebelumnya…lebih
banyak dan lebih cantik. Mama…sudah sebulan
aku tidak membeli sarapan pagi di sekolah dengan
uang jajanku, aku selalu menyedekahkan uang
jajanku untuk para pembantu yang miskin di
sekolah, dan aku meminta kepada mereka untuk
mendoakanmu. Mama…tidakkah engkau tahu
bahwasanya aku telah meminta kepada
sahabatku Manaal agar meminta neneknya yang
baik untuk mendoakan kesembuhanmu??.
Mamaa…aku cinta kepada Allah…dan Dia akan
mengabulkan doaku dan tidak akan menolak
permintaanku…dan Dia akan segera
menyembuhkanmu"
Mendengar tuturan putriku akupun tidak kuasa
untuk menahan air mataku…begitu yakinnya ia…,
begitu kuat dan berani jiwanya…lalu akupun
memeluknya sambil menangis…".
Putriku lalu duduk bertelekan kedua lututnya
menghadap kiblat dan mengangkat kedua
tangannya berdoa agar Allah menyembuhkanku
sambil menangis. Ia menoleh kepadaku dan
berkata, "Mama..hari ini adalah hari jum'at, dan
saat ini adalah waktu mustajaab (terkabulnya
doa)…aku berdoa untuk kesembuhanmu.
Ustadzah Nuuroh hari ini mengabarkan aku
tentang waktu mustajab ini." Sungguh hatiku
teriris-iris melihat sikap putriku kepadaku...
Akupun pergi ke kamarku dan tidur. Aku tidak
merasa dan tidak terjaga kecuali saat aku
mendengar lantunan ayat kursi dan surat Al-
Fatihah yang dibaca oleh putriku dengan
suaranya yang merdu dan lembut…aku
merasakan ketentaraman…aku merasakan
kekuatan…aku merasakan semangat yang lebih
banyak. Sudah sering kali aku memintanya untuk
membacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-
Naas kepadaku jika aku tidak bisa tidur karena
rasa sakit yang parah…akupun memanggilnya
untuk membacakan al-Qur'an untukku.
Sebulan kemudian –setelah menggunakan obat-
obatan kimia- akupun kembali periksa di rumah
sakit. Para dokter mengabarkan kepadaku bahwa
saat ini aku sudah tidak membutuhkan lagi obat-
obatan kimia tersebut, dan kondisiku telah
semakin membaik. Akupun menangis karena
saking gembiranya mendengar hal ini. Dan dokter
marah kepadaku karena aku telah mencukur
rambutku dan ia mengingatkan aku bahwasanya
aku harus kuat dan beriman kepada Allah serta
yakin bahwasanya kesembuhan ada di tangan
Allah.
Lalu aku kembali ke rumah dengan sangat
gembira…dengan perasaan sangat penuh
pengharapan…putriku Mayaa' tertawa karena
kebahagiaan dan kegembiraanku. Ia berkata
kepadaku di mobil, "Mama…dokter itu tidak ngerti
apa-apa, Robku yang mengetahui segala-
galanya". Aku berkata, "Maksudmu?". Ia berkata,
"Aku mendengar papa berbicara dengan
sahabatnya di HP, papa berkata padanya
bahwasanya keuntungan toko bulan ini
seluruhnya ia berikan kepada yayasan sosial panti
asuhan agar Allah menyembuhkan uminya
Mayaa". Akupun menangis mendengar
tuturannya…karena keuntungan toko tidak
kurang dari 200 ribu real (sekitar 500 juta rupiah),
dan terkadang lebih dari itu.
Sekarang kondisiku –Alhamdulillah- terus
membaik, pertama karena karunia Allah,
kemudian karena kuatnya Mayaa putriku yang
telah membantuku dalam perjuangan melawan
penyakit kanker yang sangat buruk ini. Ia telah
mengingatkan aku kepada Allah dan bahwasanya
kesembuhan di tangan-Nya…sebagaimana aku
tidak lupa dengan jasa suamiku yang mulia yang
telah bersedekah secara diam-diam tanpa
mengabariku yang merupakan sebab
berkurangnya rasa sakit yang aku rasakan.
Aku berdoa kepada Allah agar menyegerakan
kesembuhanku dan juga bagi setiap lelaki atau
wanita yang terkena penyakit kanker. Sungguh
kami menghadapi rasa sakit yang pedih yang
merusak tubuh kami dan juga jiwa kami…akan
tetapi rahmat Allah dan karuniaNya lebih besar
dan lebih luas sebelum dan susudahnya"
(Diterjemahkan oleh Firanda Andirja, semoga
Allah menyegerakan kesembuhan bagi ukhti
'Abiir) (www.firanda.com)
Read more